Lompat ke isi

Paragraf

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Paragraf, alinea, gugus kalimat, atau perenggan adalah suatu gagasan yang berbentuk serangkaian kalimat yang saling berkaitan satu sama lain. Nama lain dari paragraf ialah wacana mini. Kegunaan dari paragraf adalah untuk menjadi penanda dimulainya topik baru dan memisahkan gagasan-gagasan utama yang berbeda. Penggunaan paragraf memudahkan pembaca untuk memahami bacaan secara menyeluruh. Panjang dari satu paragraf adalah beberapa kalimat.[1] Jumlah kalimat dalam paragraf ditentukan oleh cara pengembangan dan ketuntasan uraian gagasan yang disampaikan. Jumlah kalimat di dalam paragraf dapat menentukan kualitas dari bacaan.[2] Paragraf tersusun dari gagasan utama yang terletak dalam kalimat topik. Selain itu, terdapat kalimat penjelas yang memperjelas kalimat topik.[3] Paragraf juga berfungsi untuk mengungkapkan pemikiran penulis secara sistematis sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca.[4] Kriteria sekumpulan kalimat yang dapat menjadi paragraf yaitu adanya kesatuan, kepaduan, ketuntasan, keruntutan, dan sudut pandang yang tidak berubah-ubah.[5]

Paragraf merupakan bagian kecil dari suatu karangan. Sebuah karangan dapat terbentuk dengan adanya paragraf di dalamnya. Kualitas suatu karangan ditentukan oleh keterampilan dalam menulis paragraf.[6] Tujuan utama dari pembentukan paragraf adalah untuk memudahkan pembaca dalam memahami gagasan-gagasan utama yang berbeda tetapi berkaitan satu sama lain di dalam karangan. Tiap paragraf hanya dapat berisikan satu gagasan utama sehingga gagasan utama lainnya dapat diketahui pada paragraf lain. Tujuan lain dari pembentukan paragraf adalah memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar. Perhentian ini memberikan waktu bagi pembaca untuk dapat memahami gagasan yang terkandung di dalam setiap paragraf.[7]

Unsur pembentuk

[sunting | sunting sumber]

Gagasan utama

[sunting | sunting sumber]

Inti permasalahan di dalam paragraf terletak pada topik utama atau gagasan utama. Pembicaraan utama di dalam paragraf terpusat pada gagasan utama. Penyampaian gagasan utama berbentuk sebuah kalimat topik.[3]

Kalimat topik

[sunting | sunting sumber]

Kalimat topik merupakan kalimat yang mengandung permasalahan yang dapat dirinci dan diuraikan lebih lanjut. Informasi di dalam kalimat topik bersifat lengkap dan dapat dipahami tanpa adanya kalimat penjelas. Pesan yang disampaikan di dalam kalimat topik cukup jelas dan dapat dibentuk.[8] Letak kalimat topik umumnya di awal atau akhir paragraf. Fungsi dari kalimat topik adalah mengendalikan gagasan utama.[9]

Kalimat penjelas

[sunting | sunting sumber]

Kalimat penjelas merupakan kalimat yang tidak dapat dipahami artinya tanpa adanya kalimat lain atau hanya untuk menambah kejelasan dari kalimat pokok. Kejelasan arti dari kalimat penjelas dapat diketahui setelah dihubungkan dengan kalimat lain dalam satu paragraf. Pembentukan kalimat penjelas umumnya memerlukan pembentukan kata sambung dan kata peralihan, Kalimat penjelas berfungsi mendukung kalimat topik sehingga berisi keterangan rinci, contoh, dan informasi tambahan lainnya.[10]

Kesatuan di dalam paragraf berarti hanya terdapat satu gagasan utama atau satu topik utama di dalam satu paragraf. Gagasan utama harus bersesuaian dan tidak bertentangan dengan kalimat-kalimat lain di dalam paragraf.[11] Apabila dalam paragraf tersebut terdapat satu saja gagasan atau penjelasan yang menyimpang dengan ide pokok, maka paragraf tersebut dikatakan tidak memiliki kesatuan atau keutuhan.[12]

Kesinambungan

[sunting | sunting sumber]

Kesinambungan di dalam paragraf diamati melalui hubungan antarkalimat yang sesuai dengan logika berpikir. Paragraf yang logis dapat dibentuk melalui penggunaan urutan yang wajar atau melalui pengulangan kata kunci. Selain itu, kesinambungan di dalam paragraf juga dapat terbentuk melalui penggunaan kata ganti orang, kata ganti penunjuk, dan kata sambung.[13] Dengan demikian, semua kalimat yang ada pada suatu paragraf harus saling berkaitan dan saling mendukung. Bahkan, agar paragraf tersebut memenuhi unsur kesinambungan, tidak boleh ada satu kalimat pun yang tidak memiliki kaitan dengan kalimat lainnya.[12]

Kelengkapan

[sunting | sunting sumber]

Gagasan utama atau kalimat topik di dalam paragraf dapat dipahami dengan mudah jika informasi yang ada disampaikan dengan memadai dan lengkap. Kelengkapan gagasan utama dapat dilakukan dengan mengembangkan kalimat penjelas. Paragraf dengan informasi yang lengkap juga dapat dibuat dengan melakukan pengulangan pada gagasan utama dari paragraf sebelumnya.[14] Sebuah paragraf dapat dikatakan sebuah paragraf yang lengkap apabila memiliki kalimat topik, kalimat-kalimat penunjang, dan kalimat penyimpul.[12]

Keberurutan

[sunting | sunting sumber]

Dalam menulis paragraf, penulis harus menggunakan pola penulisan yang menyampaikan informasi secara berurutan. Umumnya, penulisan paragraf dapat disusun dengan urutan waktu atau urutan tempat. Selain itu, pola penulisan juga dapat disusun berdasarkan urutan umum ke khusus atau urutan khusus ke umum. Penulisan paragraf juga dapat menggunakan pola pertanyaan ke jawaban, pola akibat ke sebab, ataupun pola sebab ke akibat.[15] Paragraf dikatakan runtut apabila ide-ide yang diungkapkan dalam paragraf tersebut tersusun secara runtut atau urut dan sistematis, sehingga tidak ada ide yang melompatlompat. Adanya penyajian ide-ide secara urut dan sistematis akan memudahkan pembaca memahami pesan-pesan yang hendak disampaikan dalam paragraf tersebut. Dengan adanya penyampaian ide-ide secara berurutan dan sistematis pada suatu paragraf, pembaca akan mudah dan cepat memahami isi paragraf.[12]

Konsistensi sudut pandang

[sunting | sunting sumber]

Sudut pandang dalam paragraf yaitu cara penulis menetapkan sudut pandang pemikirannya. Sebelum menulis suatu paragraf, penulis harus menetapkan sudut pandang yang akan diterapkannya. Sudut pandang penulis tidak dapat diganti-ganti dengan sudut pandang lainnya. Pengamatan terhadap sudut pandang penulis di dalam paragraf dapat diketahui melalui penggunaan identitas diri maupun tanpa identitas diri.[16]

Memasukkan

[sunting | sunting sumber]

Praktik di Amerika secara umum adalah menandakan paragraf baru dengan memasukkan baris pertama (tiga hingga lima spasi), dengan baris kosong antara paragraf, sementara penulisan bisnis menggunakan baris kosong dan tanpa masukan (hal ini biasanya dikenal sebagai "paragraf blok"). Untuk karya tulis masukan dan tanpa baris kosong digunakan. Banyak terbitan buku menggunakan alat untuk memisahkan paragraf lebih jauh ketika ada perubahan adegan atau waktu. Spasi tambahan ini, khususnya ketika terjadi pada page break, dapat mendatangkan sebuah asteris, tiga asteris, sebuah dingbat istimewa, atau simbol khusus yang dikenal sebagai asterisme.

Paragraf gantung

[sunting | sunting sumber]

Sebuah "paragraf gantung" adalah paragraf dimana baris pertama paragraf tidak dimasukkan dan dimana baris selanjutnya dimasukkan.

Dalam sastra, sebuah "detail" adalah sebagian kecil informasi di dalam paragraf. Sebuah detail biasanya muncul untuk mendukung atau menjelaskan ide pokok. Dalam kutipan berikut dari Lives of the English Poets karya Dr. Samuel Johnson, kalimat pertama adalah ide pokok, bahwa Joseph Addison adalah "pakar kehidupan dan kelakuan" yang hebat. Kalimat berikutnya adalah detail yang mendukung dan menjelaskan ide pokok dalam cara yang spesifik.

As a describer of life and manners, he must be allowed to stand perhaps the first of the first rank. His humour, which, as Steele observes, is peculiar to himself, is so happily diffused as to give the grace of novelty to domestic scenes and daily occurrences. He never "o'ersteps the modesty of nature," nor raises merriment or wonder by the violation of truth. His figures neither divert by distortion nor amaze by aggravation. He copies life with so much fidelity that he can be hardly said to invent; yet his exhibitions have an air so much original, that it is difficult to suppose them not merely the product of imagination.[butuh rujukan]

Kerangka paragraf

[sunting | sunting sumber]
  • Dimulai dengan kalimat topik yang menyatakan gagasan utama paragraf.
  • Memberikan detail pendukung untuk mendukung gagasan utama.
  • Ditutup dengan kalimat penutup yang menyatakan kembali gagasan utama.

Jenis-jenis paragraf

[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan teknik pemaparannya

[sunting | sunting sumber]

Paragraf naratif

[sunting | sunting sumber]

Paragraf naratif merupakan paragraf yang berkaitan dengan penceritaan atau pendongengan. Penggunaan paragraf naratif yaitu di dalam cerita pendek, novel, dan hikayat. Paragraf naratif digunakan untuk menghibur para pembaca. Selain itu, paragraf naratif juga digunakan untuk memberikan suasana yang sama seperti di dalam cerita kepada para pembaca. Penggunaan paragraf naratif juga dapat memunculkan imajinasi di pikiran para pembaca.[17]

Paragraf deskriptif

[sunting | sunting sumber]

Paragraf deskriptif juga disebut sebagai paragraf lukisan. Fungsi dari paragraf deskriptif adalah memberikan gambaran tentang segala hal yang terlihat oleh penulisnya. Penulisan paragraf deskriptif disesuaikan dengan tata ruang atau tata letak objek yang dituliskan. Paragraf deskriptif dapat disajikan secara berurutan tempat maupun berurutan waktu dan sebaliknya. Penulisan paragraf deskriptif sepenuhnya memanfaatkan panca indra sebagai penggambar kondisi yang ingin disampaikan.[18]

Paragraf ekspositoris

[sunting | sunting sumber]

Paragraf ekspositoris disebut juga sebagai paragraf paparan. Penulisan paragraf ekspositoris ditujukan untuk menampilkan atau memaparkan sosok objek tertentu yang hendak dituliskan. Paragraf ekspositoris hanya menyajikan satu unsur dari objek. Teknik pengembangan paragraf ekspositoris menggunakan analisis urutan kejadian ataupun analisis tata ruang.[19]

Paragraf argumentatif

[sunting | sunting sumber]

Paragraf argumentatif dapat juga disebut dengan paragraf persuasif. Penulisan paragraf argumentatif adalah untuk membujuk dan meyakinkan pembaca mengenai pentingnya objek tertentu yang dijelaskan dalam paragraf. Paragraf argumentatif ini banyak digunakan untuk memberikan anjuran tentang sesuatu hal.[17]

Berdasarkan letak kalimat utamanya

[sunting | sunting sumber]
  • Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas. Contoh:

Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya sudah diputuskan bahwa dana itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia memaksa menggunakannya membuka usaha baru.

  • Paragraf Induktif adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan penjelasan-penjelasan kemudian diakhiri dengan kalimat topik. Paragraf induktif dapat dibagi ke dalam tiga jenis, yaitu generalisasi, analogi, dan kausalitas.

Generalisasi adalah pola pengembangan paragraf yang menggunakan beberapa fakta khusus untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum. Contoh:

Setelah karangan anak-anak kelas tiga diperiksa, ternyata Ali, Toto, Alex, dan Burhan, mendapat nilai delapan. Anak-anak yang lain mendapat nilai tujuh. Hanya Maman yang enam dan tidak seorang pun mendapat nilai kurang. Oleh karena itu, boleh dikatakan anak-anak kelas tiga cukup pandai mengarang.

Yang menjadi penjelasannya di atas adalah:

  1. Pemerolehan nilai Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak kelas tiga yang lain merupakan peristiwa khusus.
  2. Peristiwa khusus itu kita hubung-hubungkan dengan penalaran yang logis.
  3. Kesimpulan atau pendapat yang kita peroleh adalah bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang.
  4. Kesimpulan bahwa anak kelas tiga cukup pandai mengarang, mencakup Ali, Toto, Alex, Burhan, Maman, dan anak-anak lainnya. Dalam kesimpulan terdapat kata cukup karena Maman hanya mendapat nilai enam. Jika Maman juga mendapat nilai tujuh atau delapan, kesimpulannya adalah semua anak kelas tiga pandai mengarang.

Berdasarkan bentuk dan pola pengembangannya paragraf generalisasi juga dapat dibagi dalam 2 jenis bentuk paragraf generalisasi

Jenis Jenis Paragraf Generalisasi

[sunting | sunting sumber]
1.Loncatan Induktif
[sunting | sunting sumber]

Paragraf Generalisasi yang bentuknya loncatan induktif adalah paragraf yang tetap bertolak dari beberapa fakta namun fakta yang ada belum bisa mencerminkan seluruh fenomena yang terjadi. Tapi fakta itu dianggap mewakili sebuah persoalan oleh penulis. Generalisasi jenis ini sangatlah lemah karena dasar faktanya belum bisa mencerminkan seluruh fenomena.

2.Tanpa Loncatan Induktif
[sunting | sunting sumber]

Paragraf Generalisasi yang berbentuk Tanpa Loncatan Induktif merupakan paragraf generalisasi yang memberikan cukup banyak fakta dan lengkap sehingga bisa mewakili keseluruhan. Paragraf ini sangat baik karena kebenarannya dapat dipercaya karena menggunakan fakta yang lengkap.


Analogi adalah pola penyusunan paragraf yang berisi perbandingan dua hal yang memiliki sifat sama. Pola ini berdasarkan anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada persamaan pula dalam bidang yang lain. Contoh:

Alam semesta berjalan dengan sangat teratur, seperti halnya mesin. Matahari, bumi, bulan, dan binatang yang berjuta-juta jumlahnya, beredar dengan teratur, seperti teraturnya roda mesin yang rumit berputar. Semua bergerak mengikuti irama tertentu. Mesin rumit itu ada penciptanya, yaitu manusia. Tidakkah alam yang Mahabesar dan beredar rapi sepanjang masa ini tidak ada penciptanya? Pencipta alam tentu adalah zat yang sangat maha. Manusia yang menciptakan mesin, sangat sayang akan ciptaannya. Pasti demikian pula dengan Tuhan, yang pasti akan sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.

Dalam paragraf di atas, penulis membandingkan mesin dengan alam semesta. Mesin saja ada penciptanya, yakni manusia sehingga penulis berkesimpulan bahwa alam pun pasti ada pula penciptanya. Jika manusia sangat sayang pada ciptaannya itu, tentu demikian pula dengan Tuhan sebagai pencipta alam. Dia pasti sangat sayang kepada ciptaan-ciptaan-Nya itu.

Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan menggunakan fakta-fakta yang memiliki pola hubungan sebab-akibat. Misalnya, jika hujan-hujanan, kita akan sakit kepala atau Rini pergi ke dokter karena ia sakit kepala. Ada tiga pola hubungan kausalitas, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab, dan sebab-akibat 1 akibat 2.

    • Sebab-Akibat

Penalaran ini berawal dari peristiwa yang merupakan sebab, kemudian sampai pada kesimpulan sebagai akibatnya. Polanya adalah A mengakibatkan B. Contoh:

Era Reformasi tahun pertama dan tahun kedua ternyata membuahkan hasil yang membesarkan hati. Pertanian, perdagangan, dan industri, dapat direhabilitasi dan dikendalikan. Produksi nasional pun meningkat. Ekspor kayu dan naiknya harga minyak bumi di pasaran dunia menghasilkan devisa bermiliar dolar AS bagi kas negara. Dengan demikian, kedudukan rupiah menjadi kian mantap. Ekonomi Indonesia semakin mantap sekarang ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila mulai tahun ketiga Era Reformasi ini, Indonesia sudah sanggup menerima pinjaman luar negeri dengan syarat yang kurang lunak untuk membiayai pembangunan.

Hal penting yang perlu kita perhatikan dalam membuat kesimpulan pola sebab-akibat adalah kecermatan dalam menganalisis peristiwa atau faktor penyebab.

    • Akibat-Sebab

Dalam pola ini kita memulai dengan peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk mencari penyebabnya. Contoh:

Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu itu sedang sakit.

    • Sebab-Akibat-1 Akibat-2

Suatu penyebab dapat menimbulkan serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan akibat kedua. Demikian seterusnya hingga timbul rangkaian beberapa akibat. Contoh:

Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya. Hal ini karena Pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat.

  • Paragraf Campuran adalah paragraf yang dimulai dengan mengemukakan persoalan pokok atau kalimat topik kemudian diikuti kalimat-kalimat penjelas dan diakhiri dengan kalimat topik.Kalimat topik yang ada pada akhir paragraf merupakan penegasan dari awal paragraf. Contoh:

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan dan peradaban manusia tidak akan bisa maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana komunikasi.

  • Paragraf Deskriptif/Naratif/Menyebar adalah paragraf yang tidak memiliki kalimat utama. Pikiran utamanya menyebar pada seluruh paragraf atau tersirat pada kalimat-kalimat penjelas. Contoh:

Di pinggir jalan banyak orang berjualan kue dan minuman. Harganya murah-murah, Sayang banyak lalat karena tidak jauh dari tempat itu ada tumpukan sampah busuk. Dari sampah, lalat terbang dan hinggap di kue dan minuman. Orang yang makan tidak merasa terganggu oleh lalat itu. Enak saja makan dan minum sambil beristirahat dan berkelakar.

Paragraf dalam HTML

[sunting | sunting sumber]

Di XHTML, elemen p menandakan blok teks sebagai paragraf- tag pembuka <p> menandakan awal paragraf, dan tag penutup </p> menandakan akhir paragraf. Tag akhir bersifat opsional untuk HTML, sebagaimana penjelajah secara otomatis memulai paragraf lain di tag <p> berikutnya, atau elemen blok berikutnya.

Metode penulisan

[sunting | sunting sumber]

Penulisan paragraf harus memperhatikan asas ketunggalan, koherensi, dan adekuasi. Asas ketunggalan di dalam sebuah paragraf terpenuhi dengan penggunaan sebuah ide atau sebuah gagasan utama yang tunggal sebagai pengendali paragraf. Paragraf tidak akan memenuhi asas ketunggalan jika terdapat gagasan yang serupa atau gagasan ganda dalam sebuah paragraf. Pemenuhan asas ketunggalan dapat dilakukan dengan merumuskan gagasan utama menjadi kalimat yang pendek, lugas, jelas, dan padat.[20]

Kalimat pengendali gagasan utama di dalam paragraf disebut kalimat topik. Letaknya berada di awal atau akhir suatu paragraf. Kalimat topik ini kemudian didukung oleh kalimat penjelas yang berisi gagasan pendukung dari gagasan utama. Gagasan pendukung dapat berisi teori, fakta, hasil pengamatan, hasil penelitian, pendapat orang yang memiliki otoritas, maupun beragam contoh. Gaya tulisan yang diterapkan pada gagasan pendukung dapat beragam.[9]

Paragraf yang telah ada kemudian harus memiliki asas koherensi. Gagasan-gagasan pendukung yang telah ada harus dirangkai dalam satu hubungan yang utuh dan saling terkait. Penerapan asas koherensi bertujuan untuk memberikan dukungan terhadap kalimat topik, sehingga pembaca dapat mengikuti alur gagasan secara logis.[21] Penulis paragraf kemudian harus menerapkan asas adekuat, yaitu menyiapkan gagasan pendukung yang memadai. Penilaian gagasa pendukug harus didasari pada kualitas dari gagasan. Penerapan gagasan yang adekuat dapat diamati melalui penggunaan detail, penjelasan, contoh bukti, eksplanasi maupun deskripsi. Validitas dari suatu paragraf ditentukan oleh kemampuan penulis dalam mempertahankan gagasan pengendalinya.[22]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Wijayanti, dkk. 2015, hlm. 105"Paragraf (alinea) adalah serangkaian kalimat yang saling bertalian untuk membuat sebuah gagasan (ide). Dalam hierarki kebahasaan, paragraf merupakan satuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Paragraf juga dapat disebut wacana mini. Paragraf berguna untuk menandai pembukaan topik baru, memisahkan gagasan pokok yang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian, paragraf memudahkan pembaca memahami isinya secara utuh."
  2. ^ Wijayanti, dkk. 2015, hlm. 106a"Panjang paragraf tidak pasti bergantung pada cara pengembangan dan ketuntasan uraian yang berhubungan dengan gagasan pokok di dalam paragraf tersebut. Paragraf yang terlalu pendek (misalnya dua hingga tiga kalimat) biasanya kuran dikembangkan; sebaliknya, yang terlalu panjang dapat menjemukan, bahkan kemungkinan ada kalimat yang terlepas dari gagasan pokoknya."
  3. ^ a b Suladi 2014, hlm. 2.
  4. ^ Nurdjan, dkk. 2016, hlm. 55.
  5. ^ Wijayanti, dkk. 2015, hlm. 106b"Sekumpulan kalimat dinamakan paragraf jika memenuhi kriteria kesatuan, kesinambungan/kepaduan (koherensi), kelengkapan/ketuntasan (...), keberurutan/keruntutan (...), konsistensi sudu pandang (...)."
  6. ^ Suladi 2014, hlm. 1.
  7. ^ Nurdjan, dkk. 2016, hlm. 57-58.
  8. ^ Nurdjan, dkk. 2016, hlm. 56-57.
  9. ^ a b Suyanto dan Jihad 2009, hlm. 17-18.
  10. ^ Nurdjan, dkk. 2016, hlm. 57.
  11. ^ Wijayanti, dkk. 2015, hlm. 106c" Kesatuan paragraf berarti hanya ada satu gagasan pokok atau satu topik yang didiskusikan di dalam paragraf. Kalimat-kalimat di dalam paragraf harus bertalian (relevan) dengan gagasan pokok di dalam kalimat topik. Tidak ada gagasan yang saling bertentangan."
  12. ^ a b c d Herman Budiyono (2012). "Mengembangkan Paragraf Sesuai Fungsi dan Posisi Dalam Rangka Menulis Sebuah Esai". Pena. 1 (2): 15-17. ISSN 2615-7705. 
  13. ^ Wijayanti, dkk. 2015, hlm. 107"Kesinambungan paragraf diperlihatkan dengan adanya jalinan antarkalimat yang erat dan peralihan atau pergerakan dari kalimat ke kalimat yang berjalan logis dan mulus. (...) dan menggunakan pemarkah transisi yang tepat (seperti repetisi, konjungsi, kata ganti orang, atau kata ganti penunjuk)."
  14. ^ Wijayanti, dkk. 2015, hlm. 108a"Gagasan pokok atau kalimat topik dikembangkan dengan kalimat-kalimat penjelas, yang dikembangkan atau diperluas hanya dengan pengulangan-pengulangan gagasan pokok dari kalimat sebelumnya. Oleh karena itu, penulis hendaknya menyampaikan informasi secara memadai dan lengkap (...)."
  15. ^ Wijayanti, dkk. 2015, hlm. 108b"Keberurutan berkaitan dengan pola penulisan yang dipilih penulis untuk menyampaikan informasi di dalam paragraf agar tidak terkesan terpotong-potong atau melompat-lompat. Pola yang umum digunakan adalah (a) urutan waktu, (b) urutan tempat, (c) urutan umum ke khusus, (d) urutan khusus ke umum, (e) pertanyaan ke jawaban, (f) akibat ke sebab atau sebab ke akibat."
  16. ^ Wijayanti, dkk. 2015, hlm. 109"Cara penulis menempatkan diri di dalam tulisan disebut sudut pandang. Sudut pandang perlu lebih awal ditetapkan oleh penulis sebelum menulis. Penulis harus konsisten dalam menggunakan sudut pandang itu, tidak boleh berganti-ganti (...). Penulis dapat mengacu diri sendiri dengan sebutan penulis (ini), saya, kami, atau tidak menyebutkan acuan diri sama sekali."
  17. ^ a b Suaedi 2015, hlm. 8.
  18. ^ Suaedi 2015, hlm. 6.
  19. ^ Suaedi 2015, hlm. 7.
  20. ^ Suyanto dan Jihad 2009, hlm. 17.
  21. ^ Suyanto dan Jihad 2009, hlm. 18.
  22. ^ Suyanto dan Jihad 2009, hlm. 20.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Bahan bacaan

[sunting | sunting sumber]