Lompat ke isi

Anarko-Sindikalisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Anarko-Sindikalisme adalah cabang dari anarkisme yang berkonsentrasi kepada pergerakan buruh.[1] Sindikalis merupakan kata Prancis yang bermakna "serikat buruh". Para penganut ideologi ini disebut dengan Anarko-Sindikalis. Anarko-Sindikalis berpendapat bahwa serikat buruh merupakan kekuatan yang potensial untuk menuju kepada revolusi sosial, menggantikan kapitalisme dan negara dengan tatanan masyarakat baru yang mandiri dan demokratis oleh kelas pekerja.

Anarko-Sindikalis memandang serikat buruh berpotensi sebagai kekuatan revolusioner untuk perubahan sosial, mengganti sistem Kapitalisme dan negara dengan sebuah masyarakat baru yang dikelola secara demokratis oleh kaum pekerja. Anarko-Sindikalis berupaya menghapuskan sistem kerja-upah[2] dan negara atau kepemilikan pribadi terhadap alat produksi, yang menurut mereka menuntun pada pembagian kelas. Anarko-Sindikalis merupakan aliran gerakan anarkis yang populer dan aktif hingga hari ini. Gerakan Anarko-Sindikalis memiliki pendukung yang cukup banyak di dunia dengan berbagai organisasinya di berbagai belahan dunia.

Jauh sebelum Revolusi Perancis, Gerald Wistanle dan William Godwin telah mulai memperkenalkan filsafat anarkisme pada abad 17 dan 18. Wistanle lewat The New Law of Righteousness menyebut bahwa "semua orang beriman akan menjual harta benda dan barang-barang mereka lalu membagikan hasilnya kepada semua orang yang memerlukan".

Lewat ayat tersebut Wistanle berpendapat "ketika Tuhan menciptakan bumi, tidak terdapat satu kata pun yang diucapkan sejak awal bahwa satu cabang umat manusia berhak berkuasa atas yang lain, tapi imajinasi yang egoislah yang membuat manusia merasa dapat mengatur dan memerintah yang lain." Gagasan Wistanle juga berpijak pada pemikiran radikal Inggris Kuno pada zaman Pemberontakan Petani (Peasants' Revolt) pada tahun 1381.

Sementara Godwin, dalam bukunya yang berjudul Enquiry Concerning Political Justice yang terbit pada 1793 menjelaskan secara gamblang tentang prinsip-prinsip ekonomi dan politik dari anarkisme.[4] Godwin yang bertindak sebagai bagian dari kelompok anarkisme-komunis menekankan egalitarianisme, penghapusan hierarki sosial, penghapusan perbedaan stratifikasi sosial, kesejahteraan yang merata, penghapusan kapitalisme, dan produksi massal berdasarkan kesukarelaan.

Akhir abad ke 19, diskursus mengenai anarkisme mulai terbuka dengan dasar pemikiran yang lebih sistematik. Pemikir seperti Max Stirner, Pierre-Josheph Proudhon, dan Michael Bakunin menghadirkan gagasan mereka langsung di hadapan para kaum buruh. Stirner yang gaya pemikirannya lekat dengan atmosfer filsafat romantisme Jerman, membawakan anarkisme dalam bentuk egoisme yang fanatik. Serangan terhadap kapitalisme dan sosialisme negara menjadi landasan awal bagi anarkisme. Proudhon adalah tokoh pertama yang secara terbuka mendeklarasikan diri sebagai seorang anarkis. Karyanya seperti "What is Property", Economic Contradictions", dan "The Political Capacity of The Working Classes", penuh dengan pemikiran mengenai mutualisme dan federalisme, yang mana di masa datang memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan anarkisme sebagai gerakan massa.[5][6] Ia mencoba mengahapus stigma negatif yang sering dilekatkan pada anarkisme. Hingga pada 1864, bersama rekan-rekannya, Proudhon membentuk First International Workingmen's Association, organisasi serikat buruh pertama yang juga menjadi asal mula serikat buruh.[7][8]

Pada masa ketika Perancis diokupasi oleh pemerintahan komunis-anarkis, Kropotkin, seorang ilmuan otodidak, datang membawa gagasan yang ia kembangkan dari gagasan Bakunin. Ia menelurkan analisis yang kelak menjadi cikal bakal pemikiran anarko-komunisme. Menurutnya, kompetisi menjadi dalang yang menjadikan manusia tidak berkembang.

Di Amerika, muncul Emma Goldman yang menyatukan buah pikiran Stirner dengan komunisme Kropotkin, serta menggabungkannya dengan intisari teoritik feminisme.[9] Sementara Alexander Berkman membawakan berbagai gagasan anarkisme klasik.[10] Usai 1917 kedua sahabat ini diasingkan ke Rusia oleh pemerintah AS karena dianggap terlalu berbahaya. Nama lain yaitu Voltairine de Cleyre yang merangkum pemikirannya lewat bukunya.[11][12] Lalu di Italia ada Errico Malatesta yang telah lima puluh tahun lebih memperjuangkan anarkisme ke dunia.

Pokok-pokok pikiran Anarko-Sindikalis

[sunting | sunting sumber]

Prinsip-prinsip dasar Anarko-Sindikalis:

  1. Solidaritas kaum pekerja
  2. Aksi langsung
  3. Swa-kelola kaum pekerja
Bendera Anarko-Sindikalis

Solidaritas Kaum Pekerja bermakna anarko-sindikalis percaya bahwa semua pekerja, tak terlepas gender atau kelompok sukunya, berada dalam situasi yang serupa dalam kaitannya dengan majikan (kesadaran kelas). Lebih jauh lagi, hal itu berarti, dalam sistem kapitalisme, setiap kerugian atau keuntungan yang diciptakan kaum pekerja terhadap atau dari majikan akan berakibat kepada semua pekerja. Karena itu, untuk membebaskan diri, segenap pekerja mesti saling mendukung satu dengan yang lain di dalam konflik kelas yang mereka hadapi.

Anarko-Sindikalis percaya terhadap metode aksi langsung — yaitu, aksi yang secara langsung memperoleh keuntungan, sebagai lawan dari aksi tak langsung, seperti memilih perwakilan untuk duduk dalam pemerintahan — akan membebaskan ketertindasan mereka.[13]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Sorel, Georges. 'Political Theorists in Context' Routledge (2004) hal. 248
  2. ^ Though not all seek to abolish wages per se. Ralph Chaplin states that "the ultimate aim of the General Strike as regards wages is to give to each producer the full product of his labor. The demand for better wages becomes revolutionary only when it is coupled with the demand that the exploitation of labor must cease." Chaplin, Ralph, 1933, The General Strike for Industrial Freedom, p. 6.
  3. ^ "Errico Malatesta dan Para Pemikir Anarkisme yang Berpengaruh". Tirto.id. Diakses tanggal 2019-05-06. 
  4. ^ Godwin, W. (2018). Enquiry concerning political justice. In The Economics of Population (pp. 37-40). Routledge.
  5. ^ Proudhon, P. J. (1876). What is property?: An inquiry into the principle of right and of government (Vol. 1). BR Tucker.
  6. ^ Proudhon, P. J. (1888). System of economical contradictions; or, The philosophy of misery (Vol. 4). BR Tucker.
  7. ^ Saul K. Padover (ed. and trans.), "Introduction: Marx's Role in the First International," in Karl Marx, The Karl Marx Library, Volume 3: On the First International. Saul K. Padover, ed. and trans. New York: McGraw-Hill Book Company, 1971; hal. xiv.
  8. ^ Raymond, W. J. (1992). Dictionary of politics: selected American and foreign political and legal terms. Brunswick Publishing Corp.
  9. ^ Goldman, Emma. Anarchism: and other essays[pranala nonaktif permanen]. Courier Corporation, 1969.
  10. ^ Berkman, Alexander. What is anarchism?. Vol. 1. AK Press, 2003.
  11. ^ De Cleyre, Voltairine. Anarchism and American traditions. Vol. 1. Library of Alexandria, 1989.
  12. ^ De Cleyre, Voltairine. Direct action[pranala nonaktif permanen]. Chadwyck-Healey Incorporated, 1912.
  13. ^ Rocker, Rudolf. 'Anarcho-Syndicalism: Theory and Practice' AK Press (2004) hal. 73

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]